Tim Ekspedisi Bengawan Solo tiba di Jipangulu, Sabtu 23 Juli 2022 setelah melintasi jarak 31 km dari Ngawi Purba - Jipangulu.
Mobilisasi Rute dari Ngawi Purba - Desa Ngelo adalah jalur paling sulit bagi tim darat karena harus berpindah desa dengan melintasi hutan jati.
Jipang Ulu adalah sebuah dusun kecil dan menjadi titik pertama di Bojonegoro. Dusun ini masuk dalam wilayah adminitratif Desa NgeloDusun paling ujung barat dari kabupaten yang kerap di juluki Tlatah Malowopati ini, selama ratusan tahun, bisa dikatakan terisolasi karena minimnya akses transportasi dari dan menuju ke Jipangulu.
Hingga pada tahun 2020, akses jembatan TBB (Terusan Bojonegoro - Blora dibangun dan memudahkan mobilisasi penduduk dari Kec.Ngraho, Kab.Bojonegoro menuju Kec.Kradenan, Kab.Blora
Menurut jurnal dan pemetaan di tahun 1875 berjudul Kaart van de Residentie Rembang (peta perumahan rembang), nama D.Tjipangoeloe di catat sebagai toponimi sebuah desa di sisi selatan Desa Menden, Kec. Kradenan.
Kondisi topografi dari tahun 1875 hingga 2022 tak mengalami perubahan, hasil penelitian tim Ekspedisi di sisi barat dusun, membentuk sudut tumpul dengan alur yang menikung atau kerap disebut pola rektangular, pola ini hampir banyak di jumpai di wilayah hilir dan ditandai dengan lekukan sungai yang dapat berkembang, pada batuan yang resisten terhadap erosi
Sementara, menurut Panuri, Tokoh Desa setempat Kedung Maya ini merupakan surga bagi pencari ikan. "ya. banyak pencari ikan disini, namun sejak tahun 2000, kondisi sungai yang tercemar membuat jumlah ikan mulai berkurang"
Seperti pada kawasan aliran sungai pada umumnya, topografi lekukan sungai meander merupakan lokasi aktivitas penduduk, serta menjadi tempat pembangunan waduk dan juga danau.
Menurut jurnal dan pemetaan di tahun 1875 berjudul Kaart van de Residentie Rembang (peta perumahan rembang), nama D.Tjipangoeloe di catat sebagai toponimi sebuah desa di sisi selatan Desa Menden, Kec. Kradenan.
Kondisi topografi dari tahun 1875 hingga 2022 tak mengalami perubahan, hasil penelitian tim Ekspedisi di sisi barat dusun, membentuk sudut tumpul dengan alur yang menikung atau kerap disebut pola rektangular, pola ini hampir banyak di jumpai di wilayah hilir dan ditandai dengan lekukan sungai yang dapat berkembang, pada batuan yang resisten terhadap erosi
Pertanyaan lantas muncul, kenapa topografi di dusun ini tidak berubah selama ratusan tahun, padahal berada di sudut lekukan sungai (meander)? Jawabnya adalah keberadaan Kedung Maya, yang menurut warga memiliki kedalaman sekitar 15 meter.
Syahdan, perahu dan paddle tim ekspedisi bersandar di tepian Kedung Maya yang di kenal Angker dan kerap menelan korban jiwa
Syahdan, perahu dan paddle tim ekspedisi bersandar di tepian Kedung Maya yang di kenal Angker dan kerap menelan korban jiwa
"Umumnya yang menjadi korban adalah pengunjung dari luar kota yang kerap jumawa dan meremehkan saat melintasi di kedung maya" ujar kepala desa Tri Maryono
Sementara, menurut Panuri, Tokoh Desa setempat Kedung Maya ini merupakan surga bagi pencari ikan. "ya. banyak pencari ikan disini, namun sejak tahun 2000, kondisi sungai yang tercemar membuat jumlah ikan mulai berkurang"
Seperti pada kawasan aliran sungai pada umumnya, topografi lekukan sungai meander merupakan lokasi aktivitas penduduk, serta menjadi tempat pembangunan waduk dan juga danau.
Lantas seperti apa kondisi Kedung Maya, dan bagaimana rencana pemerintah untuk membangun bendungan Karangnongko yang berada di area meander bengawan ? Ikuti kisahnya di Karangnongko, Asa Limpahan Air dibalik Krisis Ekologi
Catatan :
Tofan Ardi ~ Penanggung Jawab Misi Aksi dan Mitigasi Ekspedisi Bengawan Solo 2022
COMMENTS