Tim Ekspedisi Bengawan Solo akhirnya tiba di Dermaga dekat tambangan Jipangulu yang terletak di Desa Ngelo. Di Jipangulu, agenda #KolaborAksi diisi dengan diskusi Jagong Gayeng Karangnongko, Minggu (23/7), yang digelar atas inisiasi ADEMOS dan berkolaborasi dengan Ekspedisi Bengawan Solo ini, Kades Ngelo, Tri Maryono menyampaikan apresiasi yang luar biasa atas kedatangan Tim #EkspedisiSungai Bengawan Solo "Terima kasih telah singgah di desa kami, dan kami mendukung upaya perlindungan sungai melalui tata kelola sampah" ujarnya
Selama mengarungi Sungai, Tim Ekspedisi juga memaparkan hasil temuan dan melaporkan kepada Lurah Ngelo sekaligus Camat Margomulyo. Hasil temuan antara lain, penurunan debit air di Bengawan Solo yang cukup signifikan. "Tahun ini kita masih beruntung, sebab kemarau tahun ini bisa dikatakan kemarau basah, sebab di sejumlah wilayah Hulu DAS Bengawan Solo saat ini masih kerap terjadi hujan secara sporadis" ujar Suyono Tim Markom Ekspedisi Bengawan Solo
Di Jipangulu, kami mendapati wajah-wajah ueforia dan senyum warga dalam menyambut pembangunan Bendung Gerak Karangnongko. Setidaknya ketika Tim Ekspedisi singgah dan menggelar Riversidecamp, justru di anggap sebagai tim dari Kementerian PU. "oalah tak kiro ki mau wong jakarta sing arep survei Bendung Gerak" celetuk warga yang menghampiri kami
Sebuah Proyek Strategis Nasional yang dibangun melalui (Perpres) Nomor 79 Tahun 2019 segera di bangun di kawasan Sub DAS bengawan Solo Hulu, tepatnya di dua kabupaten yakni Blora dan Bojonegoro. Dua kabupaten inilah yang nantinya akan merelakan wilayah administatifnya untuk di pakai sebagai Bendungan.
Antusiasme warga makin terlihat jelas, saat rombongan tim darat membawa sejumlah perahu kayak boat. Warga mengira, tim ekspedisi hendak melakukan pengukuran areal lahan terdampak
Pengharapan masyarakat tentang keberadaan Bendungan Karangnongko ini terus menggelora. Warga sangat berharap bendungan ini segera rampung, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, terlebih mayoritas penduduk di Ngelo dan Kalangan (dua desa terdampak) merupakan daerah dengan tingkat kemiskinan yang cukup tinggi.
"Angka kemiskinan di desil 1 dan 2 masih sangat tinggi, dan ini PR dari pemkab untuk memberikan solusi" ujar Camat Margomulyo, Dyah Enggarini Mukti, saat sesi diskusi bersama Tim Ekspedisi Bengawan Solo, di Dusun Jipangulu, Desa Ngelo, Kab.Bojonegoro.
Pembangunan Bendung Gerak Karangnongko membutuhkan lahan seluas 2.942.713 meter persegi. Tahun 2022 ini, rencananya pembebasan lahan ditargetkan selesai.
Saat ini, lanjut Enggar, terdapat 700 kepala keluarga (KK) di dua desa yang akan terdampak pembebasan lahan yakni warga di Desa Ngelo dan Kalangan. "Pihak pemkab telah menginvertarisasi luasan lahan serta calon warga penerima kompensasi yang bermukim di areal terdampak, rencananya mekanisme ganti untung akan menggunakan APBD Pemkab Bojonegoro" tandasnya
Secara terpisah, Kepala Dinas PU SDA Bojonegoro, Erik Firdaus ST, mengatakan wilayah terdampak bendungan berada di dua desa yakni Desa Ngelo dan Kalangan, Rencana pembangunan Bendung Gerak Karangnongko ini akan dimanfaatkan untuk daerah irigasi. pengendali banjir, penyediaan air baku untuk minum, serta destinasi wisata.
Asa di Tengah Kritis Air
Saat Jagong Gayeng Karangnongko, tim Ekspedisi juga menyampaikan bahwa kondisi di wilayah Hulu sangat kritis dan itu berarti supply air dari Hulu makin menurun dari tahun ke tahun
Adm Perhutani Padangan Wisik Sugiarto, mengatakan skema pengakuan perlindungan kemitraan kehutanan (KulinKK) masih sangat ideal, dan terbukti hutan di Desa Ngelo dan Desa Kalangan yang berada di pangkuan KPH Padangan masih terjaga.
Kondisi tutupan lahan kawasan hutan KPH Padangan, lanjut Wisik, masih bertahan sekitar 98 persen “Kondisi ini tidak akan terwujud tanpa dukungan dari pihak desa dan masyarakat di sekitar hutan” ujarnya
Penanggung Jawab Misi Aksi Mitigasi dan Kolaborasi Ekspedisi Bengawan Solo 2022, Tofan Ardi mengatakan kondisi di hulu DAS Bengawan sudah mulai kritis, hal ini terlihat dari peta kawasan hutan kritis yang dirilis oleh KemenLHK. Pada peta diatas dapat terlihat, tutupan lahan yang berada di catchment area di Waduk Gajah Mungkur terus mengalami deforestasi besar-besaran
Pola pikir dan paradigma masyarakat yang menganggap hutan menjadi lahan garapan disinyalir menjadi pemicu utama, sedangkan tata kelola Hutan saat ini sedang berada titik persimpangan
“Kebijakan pemerintah pusat (kementerian LHK ) melalui konsideran hukum berupa SK 287 dan SK 487 masih memantik polemik di masyarakat, hal ini berpengaruh pada opsi konservasi dalam bingkai ekologi maupun investasi di sektor kehutanan yang akan di pilih untuk menumbuhkan ekonomi” ujarnya
Aksi di Bengawan Solo merekomendasikan KolaborAksi giat penananam, yakni di Wonogiri, Sragen, Ngawi, Bojonegoro, hingga Lamongan
“Tanaman Bambu akan di pilih untuk menjadi penguat bantaran sekaligus di tanam di KPS (Kawasan Perlindungan Setempat), tanaman bambu dipilih sebagai penjaga ekologi sekaligus memberikan nilai tambah ekonomi” pungkasnya
Catatan Tofan Ardi ~ Penanggung Jawab Misi Aksi dan Mitigasi Ekspedisi Bengawan Solo 2022
COMMENTS