Lamongan (beritajatim.com) – Tim Ekspedisi Susur Sungai Bengawan Solo menggelar kegiatan di 3 (tiga) lokasi. Usai bertandang ke Desa Kendal Kecamatan Sekaran dan Desa Pringgoboyo Kecamatan Maduran, tim melanjutkan penyusuran ke Desa Mayong, Kecamatan Karangbinangun, Lamongan, Jumat (12/8/2022).
Menariknya, dari ekspedisi yang dilakukan, tim berhasil mengungkap temuan bahwa sungai terpanjang di pulau Jawa ini kondisinya tercemar. Sehingga, tim juga memberikan sejumlah rekomendasi kepada stakeholder dan pihak berwenang.
Penanggungjawab Aksi Mitigasi dan Kolaborasi Bengawan Solo, Tofan Ardi menyampaikan bahwa ekspedisi ini melakukan penyusuran menggunakan paddle board (didayung), dengan menempuh perjalanan sejauh 462 km yang melintasi 491 desa di 12 Kabupaten pada 2 Provinsi, yakni Jawa Tengah dan Jawa Timur.
“Ekspedisi ini melibatkan 20 personel, 10 tim air dan 10 tim darat. Kami mulai pada pertengahan Juli lalu, dari pintu air Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri dan akan berakhir pada 14 Agustus mendatang, di hulu Bengawan Solo di Gresik. Hari ini kami akan menuju Desa Mayong, Kecamatan Karangbinangun,” kata Tofan Ardi.
Dia menambahkan, selain fokus pada masalah lingkungan, kegiatan ini juga difokuskan pada sisi sosio ekonomi masyarakat di sekitar sungai. Tak hanya itu, tim juga menginisiasi pembentukan riverside ecological society yang nantinya diharapkan dapat mengimplementasikan kebijakan jasa lingkungan.
“Kami berharap, semangat untuk melestarikan Bengawan Solo terus bergelora di masyarakat. Sehingga sungai dapat kembali ke fungsinya, fungsi irigasi, mata pencaharian, juga transportasi,” ujarnya.
Dari ekspedisi yang dilakukan, Tofan menjelaskan bahwa timnya berhasil mendapatkan sejumlah temuan, salah satunya adalah persoalan ekologi. Menurutnya, keberadaan wilayah hulu sampai Ngawi terdapat pencemaran yang begitu massif.
“Dari hulu sampai Ngawi, sungai tercemar oleh limbah dari industri tekstil. Lalu dari Ngawi sampai Bojonegoro, ada pencemaran limbah rumah tangga, sanitasi dan lainnya. Kemudian dari Bojonegoro, ke Tuban dan Lamongan, pencemarannya disebabkan oleh sampah,” sebutnya.
Mengetahui kenyataan ini, Tofan menuturkan bahwa pihaknya telah merekomendasikan kepada para stakeholder dan sejumlah Kepala Daerah agar mencanangkan peraturan mengenai perlindungan sungai, termasuk di dalamnya tata kelola sampah.
“Seperti di Desa Pringgoboyo, ini adalah salah satu titik Naditira Pradesa, yang tercatat dalam prasasti Canggu tahun 1358, yang menetapkan Pringgoboyo sebagai Sima Swatantra. Yang di dalamnya juga mencangkup sejumlah peraturan, sehingga hal ini bisa kita adopsi semangatnya untuk membuat peraturan dalam melindungi wilayah di bantaran sungai,” terangnya.
Lebih jauh, Tofan juga menyinggung potensi wisata yang ada di wilayah bantaran sungai. Sesuai pokok pikiran pemajuan kebudayaan, imbuh Tofan, tidak hanya landscape alam tapi budaya juga bisa menjadi potensi.
“Dalam konsep wisata itu kita kenal 3 hal, yakni unik, iconik, dan memorable. Seperti di Pringgoboyo ini unik karena ada Makam Joko Tingkir, iconik karena ada pelabuhan desa yang bisa dibuat waterspot, dan memorable karena memiliki karakter khas budayanya sendiri,” tambahnya.
Menanggapi hal ini, Bupati Lamonhan Yuhronur Efendi mengaku, bakal melakukan pencanangan Peraturan Daerah (Perda) untuk pelestarian lingkungan, khususnya pelestarian Sungai Bengawan Solo.
“Dari situ, kami Pemkab Lamongan akan menyiapkan Peraturan Daerah tentang pelestarian lingkungan, yang mana nanti di setiap desa di Lamongan yang berada di dekat bantaran Sungai Bengawan Solo akan diterbitkan peraturan, seperti dilarang membuang sampah di sungai, dan lain-lain,” tuturnya.
Orang nomor satu di Lamongan ini juga menegaskan, pihaknya akan terus menggali potensi di Sungai Bengawan Solo sebagai pengungkit ekonomi dan destinasi wisata di Lamongan.
“Kendal ini luar biasa karena berdampingan langsung dengan sungai warisan leluhur kita ini. Sebenarnya banyak sekali potensi yang bisa digali, mulai dari potensi ekonomi dan potensi pariwisata. Mari kita bersama-sama mengungkit itu, karena itu tidak bisa dilakukan sendirian,” paparnya.
Tak sampai di situ, Bupati juga terus mengajak warga setempat untuk melestarikan Sungai Bengawan Solo. “Mari kita lestariian sungai, karena sungai menjadi nadi hidup warga untuk melakukan kegiatan irigasi pertanian, jual beli, hingga transportasi,” tutupnya. [riq/but]
Sumber : Beritajatim
COMMENTS