Mukhid panggilan akrabnya. Pria berusia 35 tahun ini tinggal di desa kemiri, salah satu desa diseberang desa Ngraho, Gayam Bojonegoro.
Saat ini untuk memenuhi kebutuhannya, dia setia menjalani profesinya sebagai pengantar masyarakat keseberang melewati sungai atau Jasa Tambangan. Menurut penuturannya, dia sudah mulai belajar menarik tampar (tali tambangan) sejak kelas 3 SD. Saat itu masih menemani Bapaknya yang berprofesi sebagai jasa tambangan.
Pardi, bapaknya telah meninggal. Meninggalkan seorang istri dengan tiga orang anak, salah satunya Mukhid. Dia menceritakan jika almarhum bapaknya telah berprofesi sebagai jasa tambangan sejak dia masih kecil. Almarhum bapaknya lahir kurang lebih tahun 1955.
Sepeninggal bapaknya, penerus profesi adalah kakaknya yang pertama yaitu Parji. Namun tidak lama, karena kakaknya tersebut alih profesi sebagai petani.
Setelah Parji, penerus profesi ini adalah Suki, kakak keduanya. Sama, tidak lama kemudian Suki menjadi petani juga dan saya sempat bertemu saat dia ngarit (memotong rumput dengan sabit).
Mau tidak mau, sejak 20 tahun yang lalu Mukhid menjadi penerus jasa tambangan untuk mengantar masyarkat dari Kemiri Ngraho bolak-balik hingga kini. Mulai pagi jam 5 pagi hingga kadang sampai jam 10 malam. Sampai saat ini dia sudah berganti empat perahu.
Sesuai data dari penelusuran singkat yang saya lakukan di Ngraho, selain Pardi bapak Mukhid, muncul satu nama yakni Baman. Baman sudah menggeluti profesi ini sejak 1930 an. Baman memiliki tiga orang anak yang juga meneruskan profesi itu.
Sayangnya untuk menelusuri lebih dalam Baman dan orang-orang sebelumnya yang berprofesi sama tidak bisa dilanjutkan karena waktu yang sedikit.
Suyono | Humas MEBS 2022
COMMENTS