Tim Ekspedisi Bengawan Solo akhirnya tiba di Dermaga dekat tambangan Jipangulu yang terletak di Desa Ngelo. Minggu (23/7). Tambangan Dusun Jipangulu, Desa Ngelo, Kec.Margomulyo, Kab.Bojonegoro ini menghubungkan sisi seberang utara yakni Desa Menden, Kec.Kradenan, Kab.Blora, Provinsi Jawa Tengah
Tampak lalu lalang warga Jipangulu yang melintas, sementara di bantaran sungai terlihat berjajar terparkit perahu penumpang serta speed boat. "Jalur penyebarangan yang menghubungkan kedua desa di dua provinsi ini ikut mewarnai peradaban./ Disini, masa purba lebih dominan, terutama di Jipangulu, yang terdapat Teras Matar
Menurut Hary ”fosil” Nugroho ( seorang pemerhati peradaban yang tinggal di Bojonegoro ) bahwa daerah ini merupakan daerah yang sangat purba dan besar kemungkinan masih terdapat fosil fosil purba yang terpendam. Hasil survei yang telah dicapai adalah peta lokalitas-lokalitas yang berpotensi memuat peninggalan paleontologis maupun antropologis di sekitar bekas endapan Bengawan Solo.
Di Kedung maya, misalkan kebutuhan nelayan dalam mencari ikan di bengawan masih tinggi ketergantungannya. Dan ini merupakan satu aktivitas intens dilakukan sebab memang lokasi ini banyak habitat ikan yang masih sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan nelayan.
Perahu Nelayan sedang menuju ke Kedung Maya / foto : ali topan |
"Kedung Maya memiliki kedalaman lebih dari 15 Meter, dan menjadi rumah bagi ikan di bengawan Solo, dan lokasi ini sangat di senangi oleh Nelayan sebagai spot memancing" ujar Kepala Desa Ngelo, saat sesi diskusi bersama Tim Ekspedisi Bengawan Solo, di Dusun Jipangulu, Desa Ngelo, Kab.Bojonegoro.
Kedung Maya ini di kenal Angker dan kerap menelan korban jiwa "Umumnya yang menjadi korban adalah pengunjung (pemancing) dari luar kota yang kerap jumawa dan meremehkan saat melintasi di kedung maya" ujar kepala desa Tri Maryono
Kisah perburuan benda purbakala juga dijumpai di sekitar Kedungmaya. di aliran ini, memang banyak di temukan benda benda cagar budaya, hal yang serupa terjadi mulai dari Ngawi Purba hingga Jipangulu.
"Para pemburu benda purbakala ini bukan warga sini, tapi dari Ngawi, dan Sragen, mereka umumnya berkelompok dan menyelam menggunakan bantuan tabung angin yang di pompa dari kompresor udara di atas perahu, Sekali menyelam bisa 5 - 10 menit" ujar Tri Maryono.
TIM OCC melintasi diatas Kedung Maya yang terkenal angker |
Benda purbakala yang di temui ini, umumnya berupa koin perak, kepeng, arca, dan pecahan gerabah di era kolonial. Ada juga temuan fosil manusia atau hewab purba Narasi & Foto : Ali Topan
COMMENTS